Bunda sering mengingatkan anak-si kecilnya untuk tidak minum atau makan sambil berdiri. Hal ini dianggap sebagai perilaku kurang terpuji dan tidak sesuai rekomendasi agama Islam.
Lalu, apakah makan dan minum sambil berdiri memang dilarang dalam Islam?
Mengabarkannya web sah Kementerian Agama, Senin, 22 Juli 2024, praktik makan dan minum dalam posisi berdiri disinggung dalam sejumlah hadits Nabi Muhammad SAW. Beberapa hadits nabi memang melarang umat Islam mengerjakan praktik ini. Larangan ini menonjol terang dalam hadits riwayat Imam Ahmad dan Muslim berikut ini:
وعن أبي سعيد أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم نهى عن الشرب قائما رواه أحمد ومسلم
“Dari Abu Said bahwa Nabi SAW melarang minum sambil berdiri,” (HR Ahmad dan Muslim).
Melainkan, pada kans lain, Nabi SAW juga pernah nolimit city slot meminum air zam-zam dalam posisi berdiri. Riwayat Imam Ahmad dan Bukhari berikut ini mengisahkan Sayyidina Ali RA yang minum dalam posisi berdiri:
وعن الإمام علي رضي الله عنه أنه في رحبة الكوفة شرب وهو قائم قال إن ناسا يكرهون الشرب قائما وإن رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم صنع مثل ما صنعت رواه أحمد والبخاري
“Dari Imam Ali RA bahwa ia di satu lapangan di Kota Kufah minum dalam posisi berdiri. Dia berkata, ‘Banyak orang memakruhkan minum dalam posisi berdiri. Padahal Rasulullah SAW mengerjakan apa yang kulakukan,” (HR Ahmad dan Bukhari).
Menyikapi Dua Dalil Bertentangan
Langsung, bagaimana menyikapi dua dalil yang bertentangan tentang praktik makan dan minum sambil berdiri?
Imam An-Nawawi mencari spot temu antara kedua hadits tersebut. Cara ini diaplikasikan agar motivasi kedua hadits tersebut konsisten terakomodasi dalam putusan peraturan sebagai berikut ini:
ولا يكره الشرب قائما وحملوا النهي الوارد على حالة السير قلت هذا الذي قاله من تأويل النهي على حالة السير قد قاله ابن قتيبة والمتولي وقد تأوله آخرون بخلاف هذا والمختار أن الشرب قائما بلا عذر خلاف الأولى للأحاديث الصريحة بالنهي عنه في صحيح مسلم وأما الحديثان الصحيحان عن علي وابن عباس رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم شرب قائما فمحمولان على بيان الجواز جمعا بين الأحاديث
“Minum sambil berdiri tidak makruh. Ulama memahami larangan yang tersebut itu dalam keadaan perjalanan. Menurut aku, pendapat yang dikatakan ini berdasar pada takwil larangan dalam keadaan perjalanan sebagaimana dikendalikan oleh Ibnu Qutaibah dan Al-Mutawalli.”
“Ulama lain menakwil berbeda. Pendapat yang kami pilih, minum sambil berdiri tanpa uzur menyalahi yang utama berdasarkan larangan pada hadits riwayat Imam Muslim,” (Imam An-Nawawi, Raudhatut Thalibin, [Beirut: Al-Maktab Al-Islami, 1405 H], juz VII, halaman 340).
Mayoritas Hadits Anjurkan Tak Makan dan Minum Sambil Berdiri
Mayoritas hadits memberi rekomendasi untuk tidak makan dan minum sambil berdiri, selain memang ada uzur yang tidak memungkinkan untuk makan atau minum sambil duduk. Kecuali itu, makan dan minum sambil berdiri menyalahi keutamaan.
لا خلاف بين الفقهاء أنه يندب الْجُلُوسُ لِلأكْل وَالشُّرْبِ وَأَنَّ الشُّرْبَ قَائِمًا بِلاَ عُذْرٍ خِلاَفُ الأَوْلَى عِنْدَ جُمْهُورِ الْفُقَهَاءِ
“Tiada khilaf di kalangan pakar fiqih bahwa seseorang dianjurkan makan dan minum sambil duduk. Melainkan minum sambil berdiri tanpa uzur menyalahi yang afdhal berdasarkan mayoritas ulama,” (Wizaratul Awqaf was Syu`unul Islamiyyah, Al-Mausu’atul Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, [Kuwait, Darus Safwah: 1997 M/1417 H], cetakan I, juz XV, halaman 270-271).
Makan dan Minum Sambil Duduk Lebih Utama
Pada prinsipnya, praktik makan dan minum sambil berdiri boleh dilaksanakan. Hanya saja makan dan minum sambil duduk lebih utama.
ويجوز الشرب قائماً، والأفضل القعود
“Minum sambil berdiri boleh. Melainkan afdhalnya minum dilaksanakan sambil duduk,” (Lihat Syekh Wahbah Az-Zuhayli, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, [Beirut, Darul Fikr: 1985 M/1405 H], cetakan kedua, juz III, halaman 536).
“Dengan demikian, makan atau minum sambil berdiri peraturannya boleh, cuma saja bagi orang yang tidak mempunyai uzur atau hajat tertentu sangat dianjurkan untuk mengejar keutamaan dengan sistem makan atau minum sambil duduk,” berdasarkan Regu Layanan Syariah, Ditjen Bimas Islam Kemenag RI.